Membangun Perspektif Baru dalam Filsafat
Judul Buku : Aku Berfikir maka Aku Tertawa
Penulis : John Allen Paulos
Penerjemah : Fahruddin Faiz
Penerbit : Khazanah, Solo
Tahun terbit : Cetakan pertama, Februari 2005
Jumlah Hal : 219 halaman
Resensator : Muhammad Fakhrur Riza
“Filsafat”, kesan sebagian besar orang Indonesia
terhadap istilah ini seringkali artifisial. Filsafat sering dipandang sebagai
bidang eksklusif yang tidak sembarang orang bisa memahami. Filsafat dilihat
sebagai satu dunia yang mahal, mewah, eksklusif, elite, dan kadang dianggap
suatu yang khusus. Satu dunia yang sesekali dipuji dan diidealkan, tetapi tidak
jarang pula dihujat dan disesatkan. Apalagi jika dikaitkan dengan logika
ekonomi yang menjadi dasar berpikir manusia masa kini, maka filsafat harus
dikatakan sebagai "makhluk asing" yang tidak memberikan profit apapun
selain "pembingungan".
Filsafat bagi
sebagian besar kita identik dengan kata ruwet, mengada-ada, tidak mau diatur,
ingin menang sendiri, mengacaukan ketertiban, anti spiritualitas atau agama.
Selain itu juga termasuk gambaran-gambaran tentang seorang filosof sebagai
tukang debat yang tidak mau disalahkan, orang kurang kerjaan yang membahas hal-hal yang sudah jelas
atau orang yang hidupnya kacau, berambut gondrong,
jarang mandi dan menyebalkan.
Ironisnya lagi,
pandangan yang artifisial terhadap filsafat tersebut seringkali juga
menjangkiti mereka yang menggeluti dunia filsafat seeara langsung, baik para
mahasiswa filsafat, dosen filsafat maupun para peminat filsafat itu sendiri.
sehingga ada kalanya mereka ini belum merasa menjadi penduduk dunia filsafat
yang 'sah' jika belum menampilkan ciri-ciri artificial tersebut.
Selain
pandangan-pandangan yang sedemikian rupa, seseorang beranggapan negatif yang berawal dari susahnya belajar filsafat, termasuk karena keruwetan-keruwetan cara
kajiannya atau susah dipahaminya pemikiran-pemikiran kefilsafatan di buku-buku
filsafat. Mereka ini kemudian menyimpulkan bahwa kerja filsafat itu
hanya "bikin bingung" atau sekedar keruwetan dan
mereka yang "kurang kerjaan" saja.
John Allen Paulos dengan bukunya yang unik
diterjemahkan oleh seorang
intelektual muda dari Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga, Yogyakarata,
Fahruddin Faiz ini ingin menunjukkan bahwa filsafat dengan
segala pernik epistemologis, ontologis dan aksiologisnya adalah juga hasil
cipta, karya dan rasa manusia biasa melalui ruang lingkup pemahamannya yang
bernama akal-budi. Karena merupakan produk dari manusia, maka filsafat juga memiliki
atribut-atribut manusiawi seperti subyektifitas, partikularitas,
kontekstualitas dan lain sejenisnya. Meskipun kerja filsafat biasanya
diandaikan sebagai pendayagunaan akal-budi manusia secara radikal untuk
pencapaian 'kebenaran' fundamental, namun tetap saja keterbatasan-keterbatasan
manusiawi tidak mungkin dilepaskan darinya.
Dari yang sudah terpapar diatas, buku ini pada
dasarnya bernuansa filsafat, namun pembaca tidak diajak untuk berpikir serius apalagi
jelimet, karena filsafat juga dapat disajikan dengan ungkapan-ungkapan yang
sederhana dan bahkan dalam bentuk humor yang menyegarkan. Sebagaimana yang diilustrasikan oleh penerjemah dalam
pengantarnya, bahwa dalam buku Allen Paulos ini produk akal-budi manusia itu pada dasarnya
adalah kontekstual dan manusiawi. Apabila dicoba
untuk diterapkan "tidak pada tempatnya", dicabut
dari konteks wacana yang melatarinya, maka makna
dan ketepatan asumsi dasarnya akan bergeser, dan
yang terjadi kemudian adalah kelucuan-kelucuan. “Aku berfikir, maka aku tertawa”
Buku ini
sendiri mengelaborasian tiga wilayah utama yang menjadi lahan kajian favorit
kefilsafatan, yaitu logika, sains, dan sosial-kemasyarakatan. Dengan gaya
pemikiran dan sudut pandang dari Allen Paulos ini, tentunya buku ini cocok
dibaca oleh semua kalangan. Akan tetapi buku ini karena merupakan buku
terjemahan, dalam tata bahasanya ada sebagian yang sulit difahami. Selain itu
juga, bisa jadi bagi kalangan yang terlalu fanatik akan dunia filsafat
menganggap buku ini sebagai pelecehan terhadap filsafat. Namun, dari semua itu
buku ini tetap memilik nilai positif dalam membangun perspektif baru akan dunia
filsafat.
0 komentar:
Posting Komentar