Sabtu, 22 Agustus 2015

Resensi Buku "Aku Berfikir maka Aku Tertawa"



Membangun Perspektif Baru dalam Filsafat

 
Judul Buku    : Aku Berfikir maka Aku Tertawa
Penulis            : John Allen Paulos
Penerjemah    : Fahruddin Faiz
Penerbit          : Khazanah, Solo
Tahun terbit : Cetakan pertama, Februari 2005
Jumlah Hal    : 219 halaman
Resensator     : Muhammad Fakhrur Riza

“Filsafat”, kesan sebagian besar orang Indonesia terhadap istilah ini seringkali artifisial. Filsafat sering dipandang sebagai bidang eksklusif yang tidak sembarang orang bisa memahami. Filsafat dilihat sebagai satu dunia yang mahal, mewah, eksklusif, elite, dan kadang dianggap suatu yang khusus. Satu dunia yang sesekali dipuji dan diidealkan, tetapi tidak jarang pula dihujat dan disesatkan. Apalagi jika dikaitkan dengan logika ekonomi yang menjadi dasar berpikir manusia masa kini, maka filsafat harus dikatakan sebagai "makhluk asing" yang tidak memberikan profit apapun selain "pembingungan".
            Filsafat bagi sebagian besar kita identik dengan kata ruwet, mengada-ada, tidak mau diatur, ingin menang sendiri, mengacaukan ketertiban, anti spiritualitas atau agama. Selain itu juga termasuk gambaran-gambaran tentang seorang filosof sebagai tukang debat yang tidak mau disalahkan, orang kurang kerjaan yang membahas hal-hal yang sudah jelas atau orang yang hidupnya kacau, berambut gondrong, jarang mandi dan menyebalkan.
            Ironisnya lagi, pandangan yang artifisial terhadap filsafat tersebut seringkali juga menjangkiti mereka yang menggeluti dunia filsafat seeara langsung, baik para mahasiswa filsafat, dosen filsafat maupun para peminat filsafat itu sendiri. sehingga ada kalanya mereka ini belum merasa menjadi penduduk dunia filsafat yang 'sah' jika belum menampilkan ciri-ciri artificial tersebut.
            Selain pandangan-pandangan yang sedemikian rupa, seseorang beranggapan negatif yang berawal dari susahnya belajar filsafat, termasuk karena keruwetan-keruwetan cara kajiannya atau susah dipahaminya pemikiran-pemikiran kefilsafatan di buku-buku filsafat. Mereka ini kemudian menyimpulkan bahwa kerja filsafat itu hanya "bikin bingung" atau sekedar keruwetan dan mereka yang "kurang kerjaan" saja.
            John Allen Paulos dengan bukunya yang unik diterjemahkan oleh seorang intelektual muda dari Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarata,
Fahruddin Faiz  ini ingin menunjukkan bahwa filsafat dengan segala pernik epistemologis, ontologis dan aksiologisnya adalah juga hasil cipta, karya dan rasa manusia biasa melalui ruang lingkup pemahamannya yang bernama akal-budi. Karena merupakan produk dari manusia, maka filsafat juga memiliki atribut-atribut manusiawi seperti subyektifitas, partikularitas, kontekstualitas dan lain sejenisnya. Meskipun kerja filsafat biasanya diandaikan sebagai pendayagunaan akal-budi manusia secara radikal untuk pencapaian 'kebenaran' fundamental, namun tetap saja keterbatasan-keterbatasan manusiawi tidak mungkin dilepaskan darinya.
            Dari yang sudah terpapar diatas, buku ini pada dasarnya bernuansa filsafat, namun pembaca tidak diajak untuk berpikir serius apalagi jelimet, karena filsafat juga dapat disajikan dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana dan bahkan dalam bentuk humor yang menyegarkan. Sebagaimana yang diilustrasikan oleh penerjemah dalam pengantarnya, bahwa dalam buku Allen Paulos ini produk akal-budi manusia itu pada dasarnya adalah kontekstual dan manusiawi. Apabila dicoba untuk diterapkan "tidak pada tempatnya", dicabut dari konteks wacana yang melatarinya, maka makna dan ketepatan asumsi dasarnya akan bergeser, dan yang terjadi kemudian adalah kelucuan-kelucuan. “Aku berfikir, maka aku tertawa”
            Buku ini sendiri mengelaborasian tiga wilayah utama yang menjadi lahan kajian favorit kefilsafatan, yaitu logika, sains, dan sosial-kemasyarakatan. Dengan gaya pemikiran dan sudut pandang dari Allen Paulos ini, tentunya buku ini cocok dibaca oleh semua kalangan. Akan tetapi buku ini karena merupakan buku terjemahan, dalam tata bahasanya ada sebagian yang sulit difahami. Selain itu juga, bisa jadi bagi kalangan yang terlalu fanatik akan dunia filsafat menganggap buku ini sebagai pelecehan terhadap filsafat. Namun, dari semua itu buku ini tetap memilik nilai positif dalam membangun perspektif baru akan dunia filsafat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;