Oleh: Muhammad
Fakhrur Riza
Film Sepakbola
yang menggambarkan sportifitas akan membentuk pesepak bola negeri yang sportif
dan berpengaruh dalam prestasi bangsa.
Sepakbola
merupakan olahraga yang sudah tak asing lagi di telinga kita. Sebuah cabang
olahraga yang sudah mendunia ini sekarang tak hanya sebagai hobi belaka, akan
tetapi lebih dari itu. Sepak bola telah menjadi sebuah pekerjaan, bahkan bisnis
yang memiliki omset tinggi. Contohnya seperti di benua biru (Eropa),
sepak bola menjadi bisnis para milyader di penjuru dunia. Tak jarang dari
mereka rela menggelontorkan uang milyaran bahkan triliyunan demi mendatangkan
para mega bintang rumput hijau.
Olahraga telah
menjadi bisnis, semua orang tertuju pada olahraga ini yaitu sepakbola.
Disinilah mulainya kreatifitas bermunculan dengan hadirnya film dan kartun
bertemakan sepakbola. Seperti Shaolin Soccer (Film China), Goal (Film
Barat), Captain Tsubasa (Kartun jepang),
dan tak ketinggalan pula di Indonesia juga ada yaitu Garuda di dadaku dan
Tendangan Si Madun.
Dari sebagian film
dan kartun yang sudah disebut, disini saya akan membahas tentang nilai
moral yang terkandung antara kartun
Tsubasa dan film Tendangan Si Madun. Boleh dikatakan inilah asalah satu alasan
Indonesia masih kalah dengan jepang dalam hal sepakbola di lingkup zona
Asia. Mengapa demikian?
Kartun Captain
Tsubasa dengan aktor utama Ozora Tsubasa yang sejak kecil telah dilatih oleh
Roberto honggo telah menjelma menjadi sebuah bintang besar dunia. Dalam kartun
tersebut Tsubasa dilatih supaya mencintai sepakbola bahkan sampai menjadikan
bola sebagai teman. Hal ini menjadikan Tsubasa menjadi giat berlatih, disiplin,
memiliki semangat yang luar biasa demi bisa ikut piala dunia, dan tentunya
dengan gaya bermain Tsubasa yang selalu sportif. Pastilah ini akan memotivasi
anak-anak di jepang supaya ingin menjadi pesepakbola sepertinya.
Lain halnya di
Indonesia, bukan bermaksud menjelek-jelekan karya anak bangsa. Akan tetapi
dalam realita yang saya saksikan dengan mata saya sendiri. Dalam film Tendangan
Si Madun malah lebih menonjolkan sepakbola dengan gaya pencak silat. Mungkin
saja maksud dari pembuat film menonjolkan pencak silat yaitu supaya silat dapat
dikampanyekan serta menjadi budaya yang tak akan hilang.
Namun disisi
lain, hal ini justru malah membentuk karakter pesepak bola Indonesia menjadi
kurang dari harapan. Film Tendangan Si Madun yang mayoritas ditonton oleh
anak-anak ini tentu menjadi dampak buruk. Pesepak bola usia dini bisa jadi
menirukan gaya silat dalam sepakbola mereka, yang kemudian menjadikan tak ada
sportifitas. Inilah yang juga terjadi pada persepakbolaan di Indonesia. Tawuran
antar seporter, antar pemain, dan pemukulan wasit sudah menjadi hal lumprah
sekarang ini. Prestasi persepakbolaan di Indonesia pun jadi kian memburuk.
Setelah kita
ketahui begitu berpengaruhnya dampak sebuah tontonan yang awalnya hanya sekedar
hiburan. Tetapi malah menjadi hal yang sakral dalam pembentukan karakter anak,
terutama dalam hal ini pesepakbola. Menbuat film dengan kualitas bagus memang
perlu, akan tetapi tetap mengutamakan nilai moral yang terkandung serta
dampaknya pada para penikmatnya. Sehingga film di Indonesia bisa lebih baik, utamanya
film yang bertemakan sepakbola mampu menginpirasi seperti dalam kartun Captain
Tsubasa yang menjadikan inspirasi bagi anak jepang dengan realita prestasi
jepang telah raih.
0 komentar:
Posting Komentar