Rabu, 14 Oktober 2015

Menyemai Kembali Semangat Pergerakan Mahasiswa




Oleh: Muhammad Fakhrur Riza

“Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut Gunung Semeru dari akarnya. Tapi berikan aku 10 orang pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia” - Soekarno


Rantai perubahan disertai jatuh bangunnya bangsa ini tidak lepas dari peran pemuda atau lebih tepatnya mahasiswa. Mereka mengawal dan sebagai garda terdepan bangsa ini dari kolonialis maupun tangan besi penguasa. Pergerakan mahasiswa menjadi salah satu penentu dalam setiap arah bangsa ini.
Mahasiswa merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa ini. Hal ini tentu saja sangat beralasan mengingat bagaimana pentingnya peran mahasiswa yang selalu menjadi aktor perubahan dalam setiap momen-momen bersejarah di Indonesia. Sejarah telah banyak mencatat, mulai dari munculnya Kebangkitan Nasional hingga Tragedi 1998, mahasiswa selalu menjadi garda terdepan. Beberapa tahun belakangan ini telah banyak tercatat bahwa sudah beberapa kali mahasiswa menancapkan taji intelektualnya secara aplikatif dalam memajukan peradaban bangsa ini dari masa penjajahan Belanda, Masa Penjajahan Jepang, Masa Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI), Masa Orde Lama, Hingga Masa orde baru, peran mahasiswa tidak pernah absen dalam catatan peristiwa penting tersebut.
Mahasiswa juga mempunyai kemampuan inteligensi yang mendukung akan setiap gerakan. Peran mahasiswa dalam mengkaji setiap kebijakan, membuat suatu formula atau konsep pembaharuan, dan sebagai penyambung lidah rakyat. Mengkaji setiap kebijakan yang sesuai dan bermanfaat bagi kehidupan sosial maupun sebagai langkah strategis menuju masyarakat sosialisme Indonesia.

Kurang Peka Terhadap Realita Sosial

Namun pada kenyataannya, dewasa ini mahasiswa telah mengalami pergeseran nilai. Mahasiswa seakan sudah tidak peduli lagi akan nasib rakyat (dalam artian kepekaan mahasiswa kurang). Seperti yang terjadi pada kasus pembangunan pabrik semen di Kendeng Rembang yang baru-baru ini berlalu. Mahasiswa baru terbangun dari lelapnya setelah melihat masyarakat turun ke jalan memperjuangkan nasibnya yang sudah berlangsung selama setengah tahun. Disinilah letak tumpulnya kepekaan mahasiswa yang masih perlu diasah.
Berbagai alasan pun bermunculan pada realita mahasiswa sekarang. Dengan alasan fokus kuliah, tuntutan dari dosen untuk menyelesaikan kuliah secara cepat, nilai akademik dan juga anggapan mahasiswa yang turun ke jalan memperjuangkan nasib rakyat adalah hanya dampak negatif yang didapat, seperti membuat kemacetan dan sikap anarkis. Faktor inilah yang ada pada benak mereka, yang kemudian menjadi alasan untuk pasif/apatis akan realita sosial.

Menumbuhkan Sikap Dasar Mahasiswa

            Berdasarkan realita yang terjadi sekarang, maka begitu pentingnya menumbuhkan kembali sikap-sikap seorang mahasiswa yang dikatakan sebagai agent of change, social control and iron stock.
Pertama, sebagai agent of change (agen perubahan), mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah negri lalu dengan gagahnya sang pahlawan mengusir penjahat-penjahat yang merajalela dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat. Akan tetapi, kesadaran bahwa kita harus menjadi agen perubahan merupakan langkah awal yang kemudian harus dibarengi dengan pemahaman bagaimana cara melakukan perubahan munuju arah yang lebih baik.
Kedua, Sebagai aktor social control (pengawal sosial), mahasiswa dapat berperan sebagai elemen pengawal segala jenis kebijakan pemerintah yang menyangkut hajat hidup orang banyak, mahasiswa juga dapat menjadi aktor penting dalam mendorong dan memaksa pemerintah dalam mewujudkan good government (pemerintahan yang baik) dalam sistem pemerintahan. Peran aktif mahasiswa sebagai pengawal dan pendorong good government ini dilakukan dalam rangka menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Kemudian yang terakhir, mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seorang calon pemimpin bangsa masa depan, menggantikan generasi yang telah ada dan melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan. Untuk menjadi iron stock, tidak cukup mahasiswa hanya memupuk diri dengan ilmu spesifik saja. Perlu adanya soft skill (kemampuan atau bakat) lain yang harus dimiliki mahasiswa seperti kepemimpinan, kemampuan memposisiskan diri, interaksi lintas generasi dan sensitivitas yang tinggi.

 Dengan fungsi-fungsi tersebut, tentu saja tidak dapat dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama. Sikap kritis mahasiswa membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas. Kemudian satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa ialah semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan. Sehingga pada akhirnya semangat pergerakan mahasiswa kembali tumbuh demi membela kaum marginal.

*pernah dipublikasikan di buletin kosmopolit Lembaga Kajian dan Penerbitan (LKaP) PMII Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat Walisongo Semarang pada saat MAPABA 2015

0 komentar:

Posting Komentar

 
;