Belajar Sistem Pendidikan dari
Finlandia
Oleh: Muhammad Fakhrur Riza
Indonesia yang pendidikannya masih tertinggal, perlu
belajar dari Negara finlandia yang pendidikannya sudah sanagat maju
Pendidikan di Indonesia hingga
saat ini masih dianggap belum maksimal. Padahal pendidikan dianggap memberikan
dampak pada kemajuan bagi suatu negara. Jika dibandingkan dengan negara lain,
pendidikan di Indonesia masih sangat jauh. Berbagai masalah mengenai pendidikan
di Indonesia dari tahun ke tahun masih juga belum terselesaikan, akan tetapi
menjadi semakin menambahnya problematika dalam pendidikan di negeri ini.
Seperti tidak menentunya kurikulum yang disusun oleh pemerintah dan masih
sering kali berubah-ubah. Itu menggambarkan belum tersusunnya sistem pendidikan
di negara ini.
Kemerosotan pendidikan di Indonesia yang tertinggal dari negara
lain, sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah kurikulum yang dijalankan oleh para tenaga pendidik dan
Mendiknas. Salah satu
indikasi negara dikatakan maju apabila sebanding dengan pendidikan warganya
yang maju pula. Semisal Finlandia, Amerika Serikat, Inggris dan Jepang merupakan negara-negara dengan
kualitas pendidikan yang maju. Dengan pendidikan yang maju, maka akan secara
langsung berdampak pada bidang-bidang yang lain. Seperti di bidang ekonomi,
diplomasi, teknologi sampai pertahanan mereka kuasai. Bagaimana dengan
Indonesia?
Seharusnya
Indonesia bisa mulai belajar dengan negara-negara yang sudah maju, terutama
dalam hal pendidikannya. Seperti finlandia yang merupakan negara yang dikenal
sebagai negara terbaik dalam hal pendidikan. Dari segi anggaran, Finlandia agak
sedikit lebih tinggi dari negara lain, walau bukan yang tertinggi. Kegiatan
sekolah juga hanya 30 jam per minggu. Guru-gurunya pula dipilih dengan kualitas yang terbaik. Untuk
menjadi guru jauh lebih ketat persaingannya ketimbang melamar Fakultas Hukum
atau Kedokteran. Guru juga diberi kebebasan dalam kurikulum hingga metode
pengajaran dan evaluasi.
Sistem
pendidikan Finlandia memang unik. Remedial tidak dianggap sebagai kegagalan
tapi untuk perbaikan. Orientasi dibuat untuk tujuan-tujuan yang harus dicapai.
Penekanan ada di proses, bukan hasil. PR dan ujian tak musti dikerjakan dengan
sempurna, yang penting murid menunjukkan adanya usaha. Ujian justru dipandang
sebagai penghancur mental siswa.
Sejak
awal, murid diajari bertanggung jawab mengevaluasi dirinya sendiri. Mereka
didorong untuk bekerja secara independen. Guru tidak mesti selalu mengontrol
mereka. Proses pembelajaran berjalan dua arah. Suasana sekolah boleh dibilang
jadi lebih cair, fleksibel, dan menyenangkan. Namun efektif.
Sedangkan
di Indonesia masih saja ada
sejumlah guru dan kepala sekolah yang dengan bangga tidak menaikkelaskan anak
didiknya. Gagal mendidik kok bangga. Melihat pendidikan belasan tahun di
Indonesia membuat saya miris. Penilaian berorientasi hasil, bukan proses. Dalam
prosesnya pun isinya hafalan, cara cepat membabat soal, dan ilmu yang ketika
diingat malah makin membuat lupa, tanpa penekanan soal pemikiran kritis dan pembentukan
sikap mental positif.
Selain
itu kualitas guru juga masih memprihatinkan. Lulusan sekolah menengah yang
jempolan biasanya lari ke jurusan yang mentereng. seperti Ilmu Kedokteran,
Teknik, Ekonomi, dan sebagainya. Praktis, mereka yang masuk Ilmu Pendidikan adalah
sisa yang gagal bersaing masuk ke jurusan elit.
Contoh
lain lagi mengenai Ujian Nasional (UN). UN adalah indikator kelulusan. Namun
banyak yang menilai UN tak bermanfaat karena hanya mengkondisikan penyelewengan
demi anak didik dan sekolah terangkat citranya. Guru, kepala sekolah, dan
bahkan pejabat daerah terlibat jadi tim sukses. Passing grade ditetapkan, tapi
sarana, prasarana, dan sumberdaya belum terkondisikan. Begitu hasil jeblok,
segala cara agar murid lulus, bukan dengan introspeksi. Dasar-dasar pendidikan
juga dengan sengaja diabaikan begitu saja.
Dari apa
yang sudah terpapar di atas tadi, memang sudah saatnya Indonesia mulai belajar
dari negara yang pendidikannya sudah sangat maju seperti Finlandia. Indonesia
bisa saja meniru sistim pendidikannya. Dengan cara mengadakan studi banding, pertukaran pelajar atau
sebagainya, yang setidaknya bisa berpengaruh pada pendidikan di negara
Indonesia ini. Tapi tentunya semua itu tak akan berjalan tanpa campur tangan
dari pemerintah itu sendiri. Jadi pemerintah juga diharapkan dapat
merealisasikannya dalam proses dan bentuk yang nyata.
0 komentar:
Posting Komentar