Bersuara Tanpa Anarkis
Oleh: Muhammaf Fakhrur Riza
Dewasa ini istilah demonstrasi sudah tidak asing lagi
bagi mahasiswa. Demo seakan sudah menjadi sarana utama dalam menyuarakan
aspirasi. Akan tetapi, dalam kenyataan
saat ini demo
seakan telah tercerai dari tujuan
sesungguhnya. Demonstrasi yang kerap dilakukan oleh mahasiswa seringkali
diwarnai aksi anarkis belaka. Ironis, karena kini mahasiswa sudah tak peduli lagi dengan tujuan dari demo itu sendiri.Justru yang terjadi sebaliknya, aksi-aksi
bernada emosionallebih kerap mendominasi.
Melihat fenomena yang ada, hemat saya upaya revolusi mental dalam aksi-aksi demonstrasi yang kerap
dilakukan oleh mahasiswa menjadi target prioritas. Hal itu dapat diupayakan
melalui dua strategi pertama, kita perlu mengembalikan aksi demonstrasi pada
tujuan awalnya. Merubah mindset mahasiswa yang
kerap menjadikan
demo sebagai ajang pertunjukan anarkis menuju demo yang sehat. Aksi demo yang sesuai dengan
aturan dan etika dalam
menyampaikan aspirasi. Penyampaian aspirasi yang sesuai aturan dan etika
tentu akan lebih ditanggapi dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sehinggaaspirasi
yang disampaikanpun tak hanya menjadi angin lewat saja.
Kedua,kita perlu menyadarkan mahasiswa bahwa
aksi demonstrasi tak melulu dilakukan dengan aksi turun ke jalan. Sesungguhnya
menyampaikan aspirasi melalui tulisan
juga bisa menjadi solusi. Aksi ini lebih mencirikan mahasiswa sebagai kaum
intelektual. Contohnya kritikan politik melalui
puisi yang sering dilakukan tokoh bangsa Mustofa Bisri (Gus Mus-red). Dengan mengubah cara berfikir yang demikian, menjadikan mahasiswa
lebih intelektual dan kritis dalam menanggapi problematika yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar