Rabu, 25 Februari 2015

Teks Narasi "Ambarawa Penuh Kenangan"




Ambarawa Penuh Kenangan
Oleh: Muhammad Fakhrur Riza
           
            Hari jum’at 21 November 2014, aku meluncur ke kampus 2 IAIN Walisongo Semarang dengan penuh semangat, karena aku akan menjalani serangkaian praktek nyata dalam hal jurnalistik. Tepatnya di Ambarawa tempatku dalam berlatih dan mengasah kemampuan. Kota yang akan menyimpan kisah bagiku dan  kawan-kawanku para calon Crew Magang LPM Edukasi.
            Bus mini membawa kita meluncur ke ambarawa sekitar jam 2 siang, yang awalnya di rencanakan berangkat jam 1 siang. Akan tetapi karena ada beberapa yang telat berkumpul menjadikan jadwalnya agak molor.
            Dalam perjalanan tak begitu terasa sudah sampai di tempat tujuan. Di sana kita menginap di Masjid Agung Palagan Ambarawa. Kami pun turun dari bus mini dan bergegas menuju ke tempat yang telah di sediakan. Sebelum acara pembukaan di mulai, kami melakukan sholat ashar terlebih dahulu.
            Setelah menunaikan kewajiban, barulah kita berduyun-duyun menuju ke tempat yang sudah tersedia untuk acara pembukaan itu. Pada acara itu di buka oleh dua pemuka di Masjid Agung Palagan Ambarawa. Disitu beliau menyampaikan tentang apa saja yang terdapat di kota Amabarawa ini. Semua itu di kenalkan kepada kita, supaya nantinya dalam hunting tahu tempat-tempat mana saja yang bisa dituju.
            Pada malam harinya setelah acara pembukaan selesai. Mulailah serangkaian acara yang sudah terjadwal kita jalani. Mulai dari pembentukan Tim Redaksi yang pada waktu itu mas adil menjadi pimrednya, sampai pembentukan nama dan tema yang akan di bahas di majalah bayangan, karena kelompok sudah terbagi sebelumnya.
            Di kelompokku memberikan nama majalah bayangannya dengan nama “KELANA” sesuai dengan usulanku. Akan tetapi semua itu tak langsung di terima begitu saja. Ada sebagian yang kurang setuju dengan usulanku ini. Tapi setelah diadakan foting, akhirnya nama KELANA lah yang terpilih.
            Setelah semuanya telah selesai, dan tugas-tugas pun sudah terbagi rata. Pagi harinya kami langsung bergegas hunting ke tempat tujuan kita masing-masing. Disitu aku kebagian tugas membuat laporan khusus dan kolom.
            Dalam membuat laporan khusus aku dapat bagian bersama dengan rizal. Kami berdua menentukan pilihan untuk meliput tentang Gua Maria Kerep Ambarawa. Dalam sudut pandang laporan itu kita membahasnya lebih ke wisata religiusnya.
            Aku dan Rizal berangkat lebih dahulu ke Gua Maria. Karena yang lain kebagian untuk meliput tentang Museum kereta api Ambarawa terkecuali kami berdua. Perjalanan menuju ke Gua Maria pun kita mulai dengan berjalan kaki sekitar hampir 1 km dari Masjid Agung yang kami tempati.
            Sesampai di tempat kita berdua langsung menuju ke kantor di Gua Maria itu. Disitu kita mewanwancarai bapak Septiarso selaku bagian kesekretariatan. Beliau menjelaskan tentang apa saja yang ada di Gua Maria Kerep Ambarawa. Selain itu ada beliau juga menjelaskan tentang pribadatan orang katolik juga. Akan tetapi dalam wawancara ada yang kurang aku senangi, karena dalam perkataan beliau ada yang meremehkan tentan agama islam. Seperti pertanyaan beliau kepada kami berdua : “ apakah kalian selalu menunaikan sholat 5 waktu?”. Kami menjawabnya “iya pak”. Terus beliau berkata lagi : “kadang-kadang?” katanya sambil tertawa. Kalimat itu seakan-akan membuatku agak jengkel. Tapi semua itu tak ku jadikan permasalan, akan tetapi ku jadikan pembelajaran saja. Karena dalam wawancara kita harus menjadikan narasumber kita sebagai raja. Tentunya kita harus bisa mengontrol emosi kita.
            Selain mewawancarai bapak Septiarso. Kita juga sempat mewancarai pengunjung Gua Maria Kerep Ambarawa itu. Dari pengunjung yang beragama katolik yang melakukan ibadah di tempat itu, sampai pengunjung muslim yang mengunjunginya sekedar untuk berwisata saja.
            Selesai acara hunting kami pun kembali ke Masjid Agung lagi. Disanalah kami mulai menulis hasil-hasil laporan yang kita dapat dari wawancara. Akan tetapi semua itu tak semudah yang aku bayangkan. Berulang kali aku mengeditkan kepembimbing, dan selalu ada kesalahan. Samapi-sampai dalam membuat kolom yang sudah aku buat sejak ba’da magrib, ternyata sampai pada pukul 9 malam aku editkan dan hasilnya aku disuruh buat lagi dengan judul lain. Memang disini benar-benar melatih kesabarann dalam hal menulis. Semua hasil pencapaian yang luar biasa  tak akan tercapai tanpa sebuah jerih payah terlebih dahulu.
            Itulah sebagian kisahku di kota Ambarawa ini. Ambarawa, kini akan menjadi kota yang penuh dengan kenangan bagiku. Sebuah kota dengan banyak ragam peninggalan sejarah yang tak habis termakan oleh zaman. Mulai dari peninggalan-peninggalan yang terdapat di museum palagan sampai museum kereta api yang awalnya adalah stasiun. Juga tak ketinggalan berbagai agama yang campur baur di dalamnya. Seakan menunjukan sebagai kota yang memiliki toleransi beragama yang begitu tinggi. semua itu akan memiliki cerita panjang dan sejarah tersendiri bagi kota Ambarawa, kota penuh kenangan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;