Kebijakan Yang Tidak Produktif
Oleh: Muhammad Fakhrur Riza
Kebijakan Birokrasi yang mewajibkan mahasiswa membawa amplop dan
perangko saat perwalian kurang efektif dan efisien, karena dengan zaman yang
sudah serba teknologis. Tentunya bisa lebih menguntungkan bagi semua pihak,
baik itu pihak kampus, mahasiswa, maupun orang tua.
Dewasa ini,
kebijakan baru yang dikeluarkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK-red)
Universitas Islam Negeri (UIN-red) Walisongo Semarang menuai pro-kontra dari
kalangan mahasiswa. Kebijakan itu berupa diwajibkannya membawa amplop dan
perangko ketika perwalian. Hal ini dilakukan guna mengirim Hasil Studi Semester
(HSS-red) kepada orang tua mahasiswa. Dengan tujuan terjalinnya komunikasi
antara pihak kampus dan orang tua mahasiswa tersebut.
Namun, setelah
kebijakan tersebut diberlakukan, justru menimbulkan banyak permasalahan. Seperti
yang terjadi pada saat perwalian(18-24/03). Mahasiswa kesulitan untuk mendapatkan
perangko, dikarenakan minimnya jumlah perangko . Tentunya hal ini membuat
sebagian mahasiswa mengeluhkan dengan kebijakan yang telah dibuat oleh pihak
kampus.
Mengeluarkan
kebijakan tanpa pengalokasian dana dengan menyediakan keperluan yang dibutuhkan
mahasiswa seperti amplop dan perangko, tentunya kebijakan ini hanya
menguntungkan sebelah pihak. Karena dalam menentukan kebijakan ini kampus hanya
mengambil usulan dari orang tua mahasiswa dalam acara pertemuan wali, dan
itupun tidak semua tamu undangan hadir.
Perangko dengan
nilai Rp.5000 yang dibebankan kepada mahasiswa, serasa tak sebanding dengan
dampak yang didapat mahasiswa dalam segi material. Mahasiswa justru kesulitan
hanya untuk mendapatkan perangko dengan harus mengeluarkan biaya dan tenaga. Jika
dikalkulasi dengan jumlah mahasiswa FITK sekitar 3000 mahasiswa, tentu jumlah
dana yang digunakan untuk hal ini tidak sedikit. Sehingga serasa dana ini
terbuang sia-sia.
Selain itu, kebijakan ini juga kurang efektif
dan efisien, Karena dengan zaman yang sudah modern dan berbasis teknologi. Mahasiswa masih harus
memakai sarana yang justru membuang waktu mereka.
Hemat saya, dalam
hal ini pengoptimalan teknologi tentu lebih efektif dan efisien. Semisal
menggunakan media via SMS. Pihak kampus
yang sudah memiliki data nomor handphone (HP) orang tua mahasiswa tentu
dapat menginformasikan HSS lebih mudah. Tanpa harus membuat mahasiswa kesulitan
dengan cara pengiriman memakai amplop dan perangko.
Dengan total dana dari nilai perangko yang
digunakan oleh sekian banyak mahasiswa FITK. Tentunya jumlah dana ini lebih
baik dipergunakan untuk hal yang dampaknya lebih bermanfaat bagi mahasiswa.
Seumpama dipergunakan untuk penelitian yang berguna untuk menunjang mahasiswa
dalam penelitian. Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi mahasiswa dan kampus
itu sendiri. Karena dengan demikian, akan sesuai dengan visi misi UIN Walisongo
yang berbasis research Islamic university.
*pernah dipublikasikan di www.lpmedukasi.com
0 komentar:
Posting Komentar