Ambarawa Penuh Kenangan
Oleh: Muhammad Fakhrur Riza
Hari jum’at 21 November 2014, aku
meluncur ke kampus 2 IAIN Walisongo Semarang dengan penuh semangat, karena aku
akan menjalani serangkaian praktek nyata dalam hal jurnalistik. Tepatnya di
Ambarawa tempatku dalam berlatih dan mengasah kemampuan. Kota yang akan menyimpan
kisah bagiku dan kawan-kawanku para
calon Crew Magang LPM Edukasi.
Bus mini membawa kita meluncur ke
ambarawa sekitar jam 2 siang, yang awalnya di rencanakan berangkat jam 1 siang.
Akan tetapi karena ada beberapa yang telat berkumpul menjadikan jadwalnya agak
molor.
Dalam perjalanan tak begitu terasa sudah
sampai di tempat tujuan. Di sana kita menginap di Masjid Agung Palagan
Ambarawa. Kami pun turun dari bus mini dan bergegas menuju ke tempat yang telah
di sediakan. Sebelum acara pembukaan di mulai, kami melakukan sholat ashar
terlebih dahulu.
Setelah menunaikan kewajiban, barulah
kita berduyun-duyun menuju ke tempat yang sudah tersedia untuk acara pembukaan
itu. Pada acara itu di buka oleh dua pemuka di Masjid Agung Palagan Ambarawa.
Disitu beliau menyampaikan tentang apa saja yang terdapat di kota Amabarawa
ini. Semua itu di kenalkan kepada kita, supaya nantinya dalam hunting tahu
tempat-tempat mana saja yang bisa dituju.
Pada malam harinya setelah acara pembukaan
selesai. Mulailah serangkaian acara yang sudah terjadwal kita jalani. Mulai
dari pembentukan Tim Redaksi yang pada waktu itu mas adil menjadi pimrednya,
sampai pembentukan nama dan tema yang akan di bahas di majalah bayangan, karena
kelompok sudah terbagi sebelumnya.
Di kelompokku memberikan nama
majalah bayangannya dengan nama “KELANA” sesuai dengan usulanku. Akan tetapi
semua itu tak langsung di terima begitu saja. Ada sebagian yang kurang setuju
dengan usulanku ini. Tapi setelah diadakan foting, akhirnya nama KELANA lah
yang terpilih.
Setelah semuanya telah selesai, dan
tugas-tugas pun sudah terbagi rata. Pagi harinya kami langsung bergegas hunting
ke tempat tujuan kita masing-masing. Disitu aku kebagian tugas membuat laporan
khusus dan kolom.
Dalam membuat laporan khusus aku
dapat bagian bersama dengan rizal. Kami berdua menentukan pilihan untuk meliput
tentang Gua Maria Kerep Ambarawa. Dalam sudut pandang laporan itu kita
membahasnya lebih ke wisata religiusnya.
Aku dan Rizal berangkat lebih dahulu
ke Gua Maria. Karena yang lain kebagian untuk meliput tentang Museum kereta api
Ambarawa terkecuali kami berdua. Perjalanan menuju ke Gua Maria pun kita mulai
dengan berjalan kaki sekitar hampir 1 km dari Masjid Agung yang kami tempati.
Sesampai di tempat kita berdua
langsung menuju ke kantor di Gua Maria itu. Disitu kita mewanwancarai bapak Septiarso
selaku bagian kesekretariatan. Beliau menjelaskan tentang apa saja yang ada di
Gua Maria Kerep Ambarawa. Selain itu ada beliau juga menjelaskan tentang
pribadatan orang katolik juga. Akan tetapi dalam wawancara ada yang kurang aku
senangi, karena dalam perkataan beliau ada yang meremehkan tentan agama islam.
Seperti pertanyaan beliau kepada kami berdua : “ apakah kalian selalu
menunaikan sholat 5 waktu?”. Kami menjawabnya “iya pak”. Terus beliau berkata
lagi : “kadang-kadang?” katanya sambil tertawa. Kalimat itu seakan-akan
membuatku agak jengkel. Tapi semua itu tak ku jadikan permasalan, akan tetapi
ku jadikan pembelajaran saja. Karena dalam wawancara kita harus menjadikan
narasumber kita sebagai raja. Tentunya kita harus bisa mengontrol emosi kita.
Selain mewawancarai bapak Septiarso.
Kita juga sempat mewancarai pengunjung Gua Maria Kerep Ambarawa itu. Dari
pengunjung yang beragama katolik yang melakukan ibadah di tempat itu, sampai
pengunjung muslim yang mengunjunginya sekedar untuk berwisata saja.
Selesai acara hunting kami pun
kembali ke Masjid Agung lagi. Disanalah kami mulai menulis hasil-hasil laporan
yang kita dapat dari wawancara. Akan tetapi semua itu tak semudah yang aku
bayangkan. Berulang kali aku mengeditkan kepembimbing, dan selalu ada
kesalahan. Samapi-sampai dalam membuat kolom yang sudah aku buat sejak ba’da
magrib, ternyata sampai pada pukul 9 malam aku editkan dan hasilnya aku disuruh
buat lagi dengan judul lain. Memang disini benar-benar melatih kesabarann dalam
hal menulis. Semua hasil pencapaian yang luar biasa tak akan tercapai tanpa sebuah jerih payah
terlebih dahulu.
Itulah sebagian kisahku di kota
Ambarawa ini. Ambarawa, kini akan menjadi kota yang penuh dengan kenangan
bagiku. Sebuah kota dengan banyak ragam peninggalan sejarah yang tak habis
termakan oleh zaman. Mulai dari peninggalan-peninggalan yang terdapat di museum
palagan sampai museum kereta api yang awalnya adalah stasiun. Juga tak
ketinggalan berbagai agama yang campur baur di dalamnya. Seakan menunjukan
sebagai kota yang memiliki toleransi beragama yang begitu tinggi. semua itu
akan memiliki cerita panjang dan sejarah tersendiri bagi kota Ambarawa, kota
penuh kenangan.