Rabu, 08 Juni 2016

Membongkar Sejarah yang Dibungkam



               
Diskusi Film Pulau Buru // Dok. Aliansi Mahasiswa
                Hari ini saya sedikit bercerita lagi, tepatnya di hari ketiga bulan ramadhan kali ini. Suatu pembelajaran yang berharga, tentang sebuah kisah orang-orang terdahulu. Lewat diskusi yang diselenggarakan oleh aliansi mahasiswa pro demokrasi, dengan mengangkat tema “bedah film Pulau Buru” tepatnya di Parkiran Racana Kampus 2 UIN Walisongo semarang.
                Suasan diskusi kali itupun cukup panas dan bisa dibilang mencekam. Pemutaran film yang sebenarnya mendapat tentangan dari pihak birokrasi, namun dengan dukungan banyak elemen membuat diskusi tetap berlangsung. Kala itu turut hadir bapak wakil rektor, Suparman yang awalnya terjadi persetegangan dengan penyelenggara tapi pada akhirnya beliau terbuka juga akan terselenggaranya diskusi kali ini.
                Dari beberapa konflik tentang penyelenggaran diskusi kali ini, menurutku hanyalah sebatas kelatahan akan isu yang beredar saja tentang komunis akhir-akhir ini. Kemudian atas dasar itulah pihak birokrasi mungkin mengkhawatirkannya. Walaupun pada realitanya diskusi semacam inilah memang harus terselenggara.
                Kita sangat ingat semboyan yang digembar-gemborkan bapak plokamator Ir. Soekarno, bahwa “jangan sekali-kali melupakan sejarah” (Jas Merah). Disini sangat begitu jelas, diskusi yang diselenggaraka dengan maksud untuk meluruskan sejarah ini jelaslah sangat perlu. Sehingga harapannya tidak terjadi lagi penyelewengan ataupun manipulasi sejarah di negeri ini.
                Pulau buru dengan segala kisahnya, telah banyak mengukir ketidakadilan negeri ini. Bapak Eko menjadi sosok nyata yang mengalami pedihnya penyiksaan di Pulau buru, yang dibilangnya sebagai pulau yang sangat aneh karena banyaknya hal-hal buruk didalamnya.
                Penyalah artian akan arti komunisme, orang kiri dan lain sebagainya. Seakan tiada henti sampai saat ini. Jika Soekarno pada masa itu sudah sadar betul akan kejadian di Pulau Buru lewat pidato-pidatonya. Selain itu, sosok guru bangsa kita, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga pada masa kepemimpinannya sempat membongkar tragedy 65 dan segala pembantaian yang terjadi. Saya rasa kita sebagai generasi bangsa tidak sepatutnya akan terus berlarut-larut akan kebohongan-kebohongan yang telah meracuni negeri ini.
                “Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”, sudah sangat jelas sekali tercantum pada dasar negera kita “ PANCASILA”. Namun, kenyataannya masih banyak orang yang pada masa-masa itu hidup tertindas, tersiksa, dan teraniaya oleh bangsanya sendiri. Hal ini pastilah sangat memilukan, jika kita tahu apa yang sesungguhnya telah terjadi. Keadilan begitu perlu kita junjung tinggi, nilai-nilai kemanusiaan serta peradaban yang harus terus kita jaga. Meluruskan sejarah yang sesungguhnya sepatutnya menjadi PR penting bagi kita semua yang mengaku warga negara INDONESIA. Karena Negara Kesatuan  Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati!

#HariKetiga Bulan Ramadhan 1437 H

0 komentar:

Posting Komentar

 
;