Diskusi Film Pulau Buru // Dok. Aliansi Mahasiswa |
Hari ini saya sedikit bercerita lagi, tepatnya di hari
ketiga bulan ramadhan kali ini. Suatu pembelajaran yang berharga, tentang
sebuah kisah orang-orang terdahulu. Lewat diskusi yang diselenggarakan oleh
aliansi mahasiswa pro demokrasi, dengan mengangkat tema “bedah film Pulau Buru”
tepatnya di Parkiran Racana Kampus 2 UIN Walisongo semarang.
Suasan
diskusi kali itupun cukup panas dan bisa dibilang mencekam. Pemutaran film yang
sebenarnya mendapat tentangan dari pihak birokrasi, namun dengan dukungan
banyak elemen membuat diskusi tetap berlangsung. Kala itu turut hadir bapak
wakil rektor, Suparman yang awalnya terjadi persetegangan dengan penyelenggara
tapi pada akhirnya beliau terbuka juga akan terselenggaranya diskusi kali ini.
Dari
beberapa konflik tentang penyelenggaran diskusi kali ini, menurutku hanyalah
sebatas kelatahan akan isu yang beredar saja tentang komunis akhir-akhir ini.
Kemudian atas dasar itulah pihak birokrasi mungkin mengkhawatirkannya. Walaupun
pada realitanya diskusi semacam inilah memang harus terselenggara.
Kita
sangat ingat semboyan yang digembar-gemborkan bapak plokamator Ir. Soekarno,
bahwa “jangan sekali-kali melupakan sejarah” (Jas Merah). Disini sangat begitu
jelas, diskusi yang diselenggaraka dengan maksud untuk meluruskan sejarah ini
jelaslah sangat perlu. Sehingga harapannya tidak terjadi lagi penyelewengan
ataupun manipulasi sejarah di negeri ini.
Pulau
buru dengan segala kisahnya, telah banyak mengukir ketidakadilan negeri ini.
Bapak Eko menjadi sosok nyata yang mengalami pedihnya penyiksaan di Pulau buru,
yang dibilangnya sebagai pulau yang sangat aneh karena banyaknya hal-hal buruk
didalamnya.
Penyalah
artian akan arti komunisme, orang kiri dan lain sebagainya. Seakan tiada henti
sampai saat ini. Jika Soekarno pada masa itu sudah sadar betul akan kejadian di
Pulau Buru lewat pidato-pidatonya. Selain itu, sosok guru bangsa kita, KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga pada masa kepemimpinannya sempat membongkar tragedy
65 dan segala pembantaian yang terjadi. Saya rasa kita sebagai generasi bangsa
tidak sepatutnya akan terus berlarut-larut akan kebohongan-kebohongan yang
telah meracuni negeri ini.
“Keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia”, sudah sangat jelas sekali tercantum pada dasar
negera kita “ PANCASILA”. Namun, kenyataannya masih banyak orang yang pada
masa-masa itu hidup tertindas, tersiksa, dan teraniaya oleh bangsanya sendiri. Hal
ini pastilah sangat memilukan, jika kita tahu apa yang sesungguhnya telah
terjadi. Keadilan begitu perlu kita junjung tinggi, nilai-nilai kemanusiaan
serta peradaban yang harus terus kita jaga. Meluruskan sejarah yang
sesungguhnya sepatutnya menjadi PR penting bagi kita semua yang mengaku warga
negara INDONESIA. Karena Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati!
#HariKetiga Bulan Ramadhan 1437 H
0 komentar:
Posting Komentar