Kamis, 09 Juni 2016

Dari kekecewaan, Hingga Pemahaman Tentang “Zuhud”



                 
Dok. Internet
                Begitu cepat berlalu hari demi hari, kini sudah memasuki hari keempat bulan ramadhan. Saya masih mencoba untuk tetap istiqomah menulis. Semoga pembiasaan ini akan tetap berlangsung, sehingga cita-citaku untuk nerbitin buku bisa terwujud amin,. Hehe (kok malah curhat gini, sorry bray,. Tapi emang curhatan kok ya :D ).
                Oke langsung sajalah, hari ini akan ku certikan apa yang ku dapat serta yang ku alami. Pertama, saya merasa kecewa ni bray dengan tugas media pembelajaran tadi. Soalnya, saya yang sudah merasa bagus dalam membuat media pembelajaran ini malah mendampat komenan kurang memuaskan. Begitu juga dengan nilai yang kelompok kami dapat (saya satu kelompok bersama Lala dan Miftah). Tadi pagi-pagi sudah telat ketika kuliah bahasa inggris, langsung kebut buat media pembelajaran, eh hasilnya malah gini. Hem,,. mungkin penjelasannya saja ya tadi yang kurang maksimal. Karena ketika lihat kelompok lain yang cuman medianya gambar saja aja dapet nilai di atasku malah. Walah,,. Pye tho pak dosen,. Gak tau apa sudah susah-susah buat kok ya,,. :(
                Ah sudahlah itu hanya luapan kekecewaanku saja, medianya juga saya buang aja tuh. Oke lanjut ke cerita keduanya, sore harinya saya lanjut ngaji kitab kuning di masjid kampus 3. Disana walaupun saya telat dan ketika disitupun penjelasan dari bapak Hamdani Mun’im juga kurang begitu jelas ku dengar. Namun, disini saya mendapat sedikit poin pelajaran tentang sebuah makna “Zuhud”.
                “Zuhud” sekarang ini sering disalah artikan oleh banyak orang. Mereka menganggap orang zuhud adalah orang yang tidak suka akan hal dunia dan hanya mementingkan akhirat. Tentunya hal ini sangatlah salah. Lihat kembali ke masa sahabat seperti Abu Bakar dan Utsman adalah contoh orang zuhud. Mereka dengan harta yang berlimpah, namun tetap mampu menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan akhiratnya. Mereka juga tidak di perbudak oleh harta itu sendiri. Contoh lain seperti Syaih Abdul Qodir Jaelani juga sosok yang memiliki harta namun beliau tetaplah zuhud.
                Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa zuhud bukanlah orang yang hanya memikirkan akhirat saja, namun mereka yang mampu meletak sesuatu, menggunakan sesuatu sesuai kebutuhannya. Semisal seseorang naik mobil cerry, jezz, ataupun Alpart sekalipun, dia masih tetap merasa biasa saja. karena dia menggunakannya sesuai kebutuhan , tidak peduli mewah tidaknya barang tersebut. Selain itu, seseorang zuhud tidak akan diperbudak oleh harta, dalam artian sangat tergila-gila oleh harta yang bersifat duniawi. Atas dasar itu semua semoga saja di bulan nan suci ini kita selalu diberi keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT, serta menjalankan ibadah-ibadah lebih maksimal. Amin,,.

Cukup sekian ceritaku hari ini,. terimakasih :)

#Keempat Bulan Ramadhan 1437 H

0 komentar:

Posting Komentar

 
;