![]() |
Masjid menara kudus/ doc.internet |
Oleh:
Muhammad Fakhrur Riza
Dalam membangun kehidupan saat ini khususnya di Indonesia,
tentulah harus ada keterkaitan dari berbagai aspek, diantaranya agama, suku,
dan budaya. Islam sebagai agama pendatang tak serta merta hadir begitu saja di
Indonesia. Terutama di pulau jawa ini, masyarakat tentunya perlu tahu apa Islam
dan budaya jawa secara utuh.
Islam berasal dari bahasa Arab Aslama-Yuslimu-Islaman
yang artinya pasrah, tunduk sedangkan secata istilah, Islam adalah agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW. Sedagkan
kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti pikiran. Kebudayaan Jawa
adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian,
organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan
dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Kemudian yang dimaksud
dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan
berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Budaya Jawa memiliki ciri-ciri Religius, Non doktriner, Toleran, Akomodatif, Optimistik. Hal ini membawa masyarakat Jawa memiliki corak, sifat dan kecenderungan
yang khas, yakni identik dengan sikap sopan, segan, tidak menampakkan perasaan
secara langsung, senantiasa menjaga sopan santun, nerimo ing pandum,
gotong royong, dan senantiasa menejunjung tinggi nilai-nilai positif
dalam kehidupan.
Masyarakat Jawa merupakan satu kesatuan masyarakat yang
diikat oleh norma-norma, tradisi, maupun agama. Hal ini dapat dilihat pada
ciri-ciri masyarakat Jawa secara kekerabatan. Kepercayaan animisme adalah suatu
kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan,
hewan dan juga pada manusia itu sendiri. Kepercayaan itu adalah agama pertama
mereka, dimana mereka menafsirkan pada semua benda yang bergerak itu dianggap
hidup dan memiliki kekuatan roh, baik roh baik maupun roh jahat.
Selain itu ada kepercayaan dinamisme, yaitu kepercayaan
bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau benda mati bahkan juga
benda-benda ciptaan (seperti tombak, keris, cincin dan lain-lain) mempunyai
kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai kekuatan
yang luar biasa sehingga dapat memancarkan kekuatan baik dan buruk kepada
manusia dan alam sekitar. Dengan demikian, di dalam masyarakat terdapat orang,
binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dianggap mempunyai pengaruh baik dan
buruk.
Pandangan dunia jawa bukan suatu
pengertian abstrak, namun sebagai sarana dalam usahanya untuk mencapai
keberhasilan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Tolak ukur bagi
pandangan orang jawa adalah nilai pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan
psikis tertentu yaitu, ketenangan ketentraman dan keseimbangan batin.
Pandangan dunia jawa bukanlah suatu
pandangan dunia dengan cirri-ciri dan batas-batas yang pasti melainkan suatu
penghayatan yang terungkap dalam berbagai lapisan masyarakat dalam wujud dan
nada yang berbeda-beda.Cirri umum pandangan jawa dapat berlaku semua wujud
namun ada unsur berada dalam suatu kesinambungan yang koheren dengan
batas-batas yang tidak jelas.
Dalam sejarahnya, Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13.
Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa
Persia dan Gujarat (India). Penyebaran Islam di Jawa melalui dua pendekatan
yaitu pendekatan islamisasi kultur jawa dan pemasukan nilai-nilai budaya Jawa
ke dalam ajaran-ajaran Islam. Sedangkan proses Islamisasi yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, tarekat (tasawuf), pendidikan dan kesenian. Secara garis besar, peranan wali adalah sebagai berikut:
1. Dibidang agama, sebagai penyebar
agama Islam baik dengan mendirikan pondok pesantren, berdakwah, ataupun dengan
media seni
2. Dibidang seni dan budaya, wali-wali
tersebut berperan sebgai pengembang kebudayaan dan kesenian setempat yang
disesuaikan dengan agama/budaya Islam
3. Dibidang politik, para wali tersebut
berperan sebagai pendukung kerajaan-kerajaan Islam maupun sebagai penasehat
raja-raja.
Kemudian
dalam Interrelasi nilai Jawa dan Islam sendiri tertuju dalam beberapa aspek.
Diantaranya aspek Kepercayaan dan Ritual, Aspek Sastra, aspek Pewayangan, aspek
Arsitektur, aspek Politik, aspek Pendidikan, aspek Ekonomi
Selanjutnya, jika kita menyinggung
soal wanita Jawa. Mereka ini memiliki pengertian yang beraneka ragam, sekaligus
idiologi yang berbeda. Wanita menurut budaya Jawa berada di belakang laki-laki
dikarenakan dilihat dari segi fisik yang mana laki-laki berbadan kekar dan
tegap, sedangkan wanita kebalikan daripada itu. Bahkan, wanita dianggap
mustahil berbuat kebajikan seperti halnya lelaki. Setelah R.A. Kartini datang
teori itu sedikit demi sedikit hilang , yang akhirnya terangkatlah wanita yang
asalnya hanya di belakang bisa maju kedepan seperti halnya laki-laki.
Namun menurut pandangan Islam wanita
tidaklah seperti apa yang dipandang oleh masyarakat Jawa dulu, melainkan wanita
adalah seorang yang amat mulia bahkan tiga tingkat lebih tinggi derajatnya
dibanding laki-laki, bukan hanya itu bahkan (menurut hadist) surga itu terdapat
telapak kaki seorang ibu.
Kemudian yang terakhir kita tarik ke
era sekarang, merebaknya budaya barat di tengah masyarakat, berubahnya sikap
dan pola hidup terhadap budaya Jawa, dan kurangnya penanaman dan pemahaman
budaya Jawa sejak dini kepada masyarakat menjadi penyebab dari memudarnya
budaya Jawa di era modernisasi. Cara untuk menanggulangi adanya modernisasi
globalisasi tersebut, salah satunya adalah intropeksi diri, oleh karena itu
perlunya ditingkatkan kesadaran diri agar tidak terbawa kearah kebobrokan,
yaitu dengan menggunakan filsafat Jawa sehingga jangan sampai orang Jawa
kehilangan kepribadiannya.
Ketika Islam
masuk ke tanah Jawa masyarakat telah memiliki kebudayaan yang mengandung nilai
yang bersumber pada kepercayaan animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha.Dengan
masuknya Islam maka pada waktu selanjutnya terjadi perpaduan antara unsur-unsur
pra Hindu, Hindu-Budha dan Islam. Dikalangan Jawa Islam inilah tumbuh dan
berkembangnya perpaduan budaya Jawa Islam, yang memiliki ciri bagian luar budaya
itu menggunakan simbol Islam, tetapi ruh budayanya adalah Jawa sinkretis (Islam
digambarkan sebagai “wadah”, sedangkan “isinya” adalah Jawa).
Dalam membangun kehidupan saat ini khususnya di Indonesia,
tentulah harus ada keterkaitan dari berbagai aspek, diantaranya agama, suku,
dan budaya. Islam sebagai agama pendatang tak serta merta hadir begitu saja di
Indonesia. Terutama di pulau jawa ini, masyarakat tentunya perlu tahu apa Islam
dan budaya jawa secara utuh.
Islam berasal dari bahasa Arab Aslama-Yuslimu-Islaman
yang artinya pasrah, tunduk sedangkan secata istilah, Islam adalah agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW. Sedagkan
kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti pikiran. Kebudayaan Jawa
adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian,
organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan
dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Kemudian yang dimaksud
dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan
berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Budaya Jawa memiliki ciri-ciri Religius, Non doktriner, Toleran, Akomodatif, Optimistik. Hal ini membawa masyarakat Jawa memiliki corak, sifat dan kecenderungan
yang khas, yakni identik dengan sikap sopan, segan, tidak menampakkan perasaan
secara langsung, senantiasa menjaga sopan santun, nerimo ing pandum,
gotong royong, dan senantiasa menejunjung tinggi nilai-nilai positif
dalam kehidupan.
Masyarakat Jawa merupakan satu kesatuan masyarakat yang
diikat oleh norma-norma, tradisi, maupun agama. Hal ini dapat dilihat pada
ciri-ciri masyarakat Jawa secara kekerabatan. Kepercayaan animisme adalah suatu
kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan,
hewan dan juga pada manusia itu sendiri. Kepercayaan itu adalah agama pertama
mereka, dimana mereka menafsirkan pada semua benda yang bergerak itu dianggap
hidup dan memiliki kekuatan roh, baik roh baik maupun roh jahat.
Selain itu ada kepercayaan dinamisme, yaitu kepercayaan
bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau benda mati bahkan juga
benda-benda ciptaan (seperti tombak, keris, cincin dan lain-lain) mempunyai
kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai kekuatan
yang luar biasa sehingga dapat memancarkan kekuatan baik dan buruk kepada
manusia dan alam sekitar. Dengan demikian, di dalam masyarakat terdapat orang,
binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dianggap mempunyai pengaruh baik dan
buruk.
Pandangan dunia jawa bukan suatu
pengertian abstrak, namun sebagai sarana dalam usahanya untuk mencapai
keberhasilan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Tolak ukur bagi
pandangan orang jawa adalah nilai pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan
psikis tertentu yaitu, ketenangan ketentraman dan keseimbangan batin.
Pandangan dunia jawa bukanlah suatu
pandangan dunia dengan cirri-ciri dan batas-batas yang pasti melainkan suatu
penghayatan yang terungkap dalam berbagai lapisan masyarakat dalam wujud dan
nada yang berbeda-beda.Cirri umum pandangan jawa dapat berlaku semua wujud
namun ada unsur berada dalam suatu kesinambungan yang koheren dengan
batas-batas yang tidak jelas.
Dalam sejarahnya, Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13.
Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa
Persia dan Gujarat (India). Penyebaran Islam di Jawa melalui dua pendekatan
yaitu pendekatan islamisasi kultur jawa dan pemasukan nilai-nilai budaya Jawa
ke dalam ajaran-ajaran Islam. Sedangkan proses Islamisasi yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, tarekat (tasawuf), pendidikan dan kesenian. Secara garis besar, peranan wali adalah sebagai berikut:
1. Dibidang agama, sebagai penyebar
agama Islam baik dengan mendirikan pondok pesantren, berdakwah, ataupun dengan
media seni
2. Dibidang seni dan budaya, wali-wali
tersebut berperan sebgai pengembang kebudayaan dan kesenian setempat yang
disesuaikan dengan agama/budaya Islam
3. Dibidang politik, para wali tersebut
berperan sebagai pendukung kerajaan-kerajaan Islam maupun sebagai penasehat
raja-raja.
Kemudian
dalam Interrelasi nilai Jawa dan Islam sendiri tertuju dalam beberapa aspek.
Diantaranya aspek Kepercayaan dan Ritual, Aspek Sastra, aspek Pewayangan, aspek
Arsitektur, aspek Politik, aspek Pendidikan, aspek Ekonomi
Selanjutnya, jika kita menyinggung
soal wanita Jawa. Mereka ini memiliki pengertian yang beraneka ragam, sekaligus
idiologi yang berbeda. Wanita menurut budaya Jawa berada di belakang laki-laki
dikarenakan dilihat dari segi fisik yang mana laki-laki berbadan kekar dan
tegap, sedangkan wanita kebalikan daripada itu. Bahkan, wanita dianggap
mustahil berbuat kebajikan seperti halnya lelaki. Setelah R.A. Kartini datang
teori itu sedikit demi sedikit hilang , yang akhirnya terangkatlah wanita yang
asalnya hanya di belakang bisa maju kedepan seperti halnya laki-laki.
Namun menurut pandangan Islam wanita
tidaklah seperti apa yang dipandang oleh masyarakat Jawa dulu, melainkan wanita
adalah seorang yang amat mulia bahkan tiga tingkat lebih tinggi derajatnya
dibanding laki-laki, bukan hanya itu bahkan (menurut hadist) surga itu terdapat
telapak kaki seorang ibu.
Kemudian yang terakhir kita tarik ke
era sekarang, merebaknya budaya barat di tengah masyarakat, berubahnya sikap
dan pola hidup terhadap budaya Jawa, dan kurangnya penanaman dan pemahaman
budaya Jawa sejak dini kepada masyarakat menjadi penyebab dari memudarnya
budaya Jawa di era modernisasi. Cara untuk menanggulangi adanya modernisasi
globalisasi tersebut, salah satunya adalah intropeksi diri, oleh karena itu
perlunya ditingkatkan kesadaran diri agar tidak terbawa kearah kebobrokan,
yaitu dengan menggunakan filsafat Jawa sehingga jangan sampai orang Jawa
kehilangan kepribadiannya.
Ketika Islam
masuk ke tanah Jawa masyarakat telah memiliki kebudayaan yang mengandung nilai
yang bersumber pada kepercayaan animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha.Dengan
masuknya Islam maka pada waktu selanjutnya terjadi perpaduan antara unsur-unsur
pra Hindu, Hindu-Budha dan Islam. Dikalangan Jawa Islam inilah tumbuh dan
berkembangnya perpaduan budaya Jawa Islam, yang memiliki ciri bagian luar budaya
itu menggunakan simbol Islam, tetapi ruh budayanya adalah Jawa sinkretis (Islam
digambarkan sebagai “wadah”, sedangkan “isinya” adalah Jawa).
0 komentar:
Posting Komentar