Senin, 17 Oktober 2016

Seluk Beluk Islam dan Budaya Jawa


Masjid menara kudus/ doc.internet




Oleh: Muhammad Fakhrur Riza 



Dalam membangun kehidupan saat ini khususnya di Indonesia, tentulah harus ada keterkaitan dari berbagai aspek, diantaranya agama, suku, dan budaya. Islam sebagai agama pendatang tak serta merta hadir begitu saja di Indonesia. Terutama di pulau jawa ini, masyarakat tentunya perlu tahu apa Islam dan budaya jawa secara utuh.
Islam berasal dari bahasa Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang artinya pasrah, tunduk sedangkan secata istilah, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Sedagkan kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti pikiran. Kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Kemudian yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Budaya Jawa memiliki ciri-ciri Religius, Non doktriner, Toleran, Akomodatif, Optimistik. Hal ini membawa masyarakat Jawa memiliki corak, sifat dan kecenderungan yang khas, yakni identik dengan sikap sopan, segan, tidak menampakkan perasaan secara langsung, senantiasa menjaga sopan santun, nerimo ing pandum, gotong royong, dan senantiasa menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan.
Masyarakat Jawa merupakan satu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma, tradisi, maupun agama. Hal ini dapat dilihat pada ciri-ciri masyarakat Jawa secara kekerabatan. Kepercayaan animisme adalah suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga pada manusia itu sendiri. Kepercayaan itu adalah agama pertama mereka, dimana mereka menafsirkan pada semua benda yang bergerak itu dianggap hidup dan memiliki kekuatan roh, baik roh baik maupun roh jahat.
Selain itu ada kepercayaan dinamisme, yaitu kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau benda mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak, keris, cincin dan lain-lain) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai kekuatan yang luar biasa sehingga dapat memancarkan kekuatan baik dan buruk kepada manusia dan alam sekitar. Dengan demikian, di dalam masyarakat terdapat orang, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dianggap mempunyai pengaruh baik dan buruk.
            Pandangan dunia jawa bukan suatu pengertian abstrak, namun sebagai sarana dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Tolak ukur bagi pandangan orang jawa adalah nilai pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu yaitu, ketenangan ketentraman dan keseimbangan batin.
            Pandangan dunia jawa bukanlah suatu pandangan dunia dengan cirri-ciri dan batas-batas yang pasti melainkan suatu penghayatan yang terungkap dalam berbagai lapisan masyarakat dalam wujud dan nada yang berbeda-beda.Cirri umum pandangan jawa dapat berlaku semua wujud namun ada unsur berada dalam suatu kesinambungan yang koheren dengan batas-batas yang tidak jelas.
Dalam sejarahnya, Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Penyebaran Islam di Jawa melalui dua pendekatan yaitu pendekatan islamisasi kultur jawa dan pemasukan nilai-nilai budaya Jawa ke dalam ajaran-ajaran Islam. Sedangkan proses Islamisasi yaitu melalui perdagangan, perkawinan, tarekat (tasawuf), pendidikan dan kesenian. Secara garis besar, peranan wali adalah sebagai berikut:
1.      Dibidang agama, sebagai penyebar agama Islam baik dengan mendirikan pondok pesantren, berdakwah, ataupun dengan media seni
2.      Dibidang seni dan budaya, wali-wali tersebut berperan sebgai pengembang kebudayaan dan kesenian setempat yang disesuaikan dengan agama/budaya Islam
3.      Dibidang politik, para wali tersebut berperan sebagai pendukung kerajaan-kerajaan Islam maupun sebagai penasehat raja-raja.

                        Kemudian dalam Interrelasi nilai Jawa dan Islam sendiri tertuju dalam beberapa aspek. Diantaranya aspek Kepercayaan dan Ritual, Aspek Sastra, aspek Pewayangan, aspek Arsitektur, aspek Politik, aspek Pendidikan, aspek Ekonomi
Selanjutnya, jika kita menyinggung soal wanita Jawa. Mereka ini memiliki pengertian yang beraneka ragam, sekaligus idiologi yang berbeda. Wanita menurut budaya Jawa berada di belakang laki-laki dikarenakan dilihat dari segi fisik yang mana laki-laki berbadan kekar dan tegap, sedangkan wanita kebalikan daripada itu. Bahkan, wanita dianggap mustahil berbuat kebajikan seperti halnya lelaki. Setelah R.A. Kartini datang teori itu sedikit demi sedikit hilang , yang akhirnya terangkatlah wanita yang asalnya hanya di belakang bisa maju kedepan seperti halnya laki-laki.
Namun menurut pandangan Islam wanita tidaklah seperti apa yang dipandang oleh masyarakat Jawa dulu, melainkan wanita adalah seorang yang amat mulia bahkan tiga tingkat lebih tinggi derajatnya dibanding laki-laki, bukan hanya itu bahkan (menurut hadist) surga itu terdapat telapak kaki seorang ibu.
Kemudian yang terakhir kita tarik ke era sekarang, merebaknya budaya barat di tengah masyarakat, berubahnya sikap dan pola hidup terhadap budaya Jawa, dan kurangnya penanaman dan pemahaman budaya Jawa sejak dini kepada masyarakat menjadi penyebab dari memudarnya budaya Jawa di era modernisasi. Cara untuk menanggulangi adanya modernisasi globalisasi tersebut, salah satunya adalah intropeksi diri, oleh karena itu perlunya ditingkatkan kesadaran diri agar tidak terbawa kearah kebobrokan, yaitu dengan menggunakan filsafat Jawa sehingga jangan sampai orang Jawa kehilangan kepribadiannya.
Ketika Islam masuk ke tanah Jawa masyarakat telah memiliki kebudayaan yang mengandung nilai yang bersumber pada kepercayaan animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha.Dengan masuknya Islam maka pada waktu selanjutnya terjadi perpaduan antara unsur-unsur pra Hindu, Hindu-Budha dan Islam. Dikalangan Jawa Islam inilah tumbuh dan berkembangnya perpaduan budaya Jawa Islam, yang memiliki ciri bagian luar budaya itu menggunakan simbol Islam, tetapi ruh budayanya adalah Jawa sinkretis (Islam digambarkan sebagai “wadah”, sedangkan “isinya” adalah Jawa).


Dalam membangun kehidupan saat ini khususnya di Indonesia, tentulah harus ada keterkaitan dari berbagai aspek, diantaranya agama, suku, dan budaya. Islam sebagai agama pendatang tak serta merta hadir begitu saja di Indonesia. Terutama di pulau jawa ini, masyarakat tentunya perlu tahu apa Islam dan budaya jawa secara utuh.
Islam berasal dari bahasa Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang artinya pasrah, tunduk sedangkan secata istilah, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada ummat manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Sedagkan kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti pikiran. Kebudayaan Jawa adalah sebuah sistem yang mencakup bahasa, sistem teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, corak berpikir, sistem kegamaan dan kesenian yang dianut dan dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Kemudian yang dimaksud dengan islam dan kebudayaan Jawa adalah ajaran islam yang berkembang dan berjalan selaras dengan kebudayaaan masyarakat Jawa.
Budaya Jawa memiliki ciri-ciri Religius, Non doktriner, Toleran, Akomodatif, Optimistik. Hal ini membawa masyarakat Jawa memiliki corak, sifat dan kecenderungan yang khas, yakni identik dengan sikap sopan, segan, tidak menampakkan perasaan secara langsung, senantiasa menjaga sopan santun, nerimo ing pandum, gotong royong, dan senantiasa menejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan.
Masyarakat Jawa merupakan satu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma, tradisi, maupun agama. Hal ini dapat dilihat pada ciri-ciri masyarakat Jawa secara kekerabatan. Kepercayaan animisme adalah suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga pada manusia itu sendiri. Kepercayaan itu adalah agama pertama mereka, dimana mereka menafsirkan pada semua benda yang bergerak itu dianggap hidup dan memiliki kekuatan roh, baik roh baik maupun roh jahat.
Selain itu ada kepercayaan dinamisme, yaitu kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau benda mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak, keris, cincin dan lain-lain) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai kekuatan yang luar biasa sehingga dapat memancarkan kekuatan baik dan buruk kepada manusia dan alam sekitar. Dengan demikian, di dalam masyarakat terdapat orang, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dianggap mempunyai pengaruh baik dan buruk.
            Pandangan dunia jawa bukan suatu pengertian abstrak, namun sebagai sarana dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Tolak ukur bagi pandangan orang jawa adalah nilai pragmatisnya untuk mencapai suatu keadaan psikis tertentu yaitu, ketenangan ketentraman dan keseimbangan batin.
            Pandangan dunia jawa bukanlah suatu pandangan dunia dengan cirri-ciri dan batas-batas yang pasti melainkan suatu penghayatan yang terungkap dalam berbagai lapisan masyarakat dalam wujud dan nada yang berbeda-beda.Cirri umum pandangan jawa dapat berlaku semua wujud namun ada unsur berada dalam suatu kesinambungan yang koheren dengan batas-batas yang tidak jelas.
Dalam sejarahnya, Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Penyebaran Islam di Jawa melalui dua pendekatan yaitu pendekatan islamisasi kultur jawa dan pemasukan nilai-nilai budaya Jawa ke dalam ajaran-ajaran Islam. Sedangkan proses Islamisasi yaitu melalui perdagangan, perkawinan, tarekat (tasawuf), pendidikan dan kesenian. Secara garis besar, peranan wali adalah sebagai berikut:
1.      Dibidang agama, sebagai penyebar agama Islam baik dengan mendirikan pondok pesantren, berdakwah, ataupun dengan media seni
2.      Dibidang seni dan budaya, wali-wali tersebut berperan sebgai pengembang kebudayaan dan kesenian setempat yang disesuaikan dengan agama/budaya Islam
3.      Dibidang politik, para wali tersebut berperan sebagai pendukung kerajaan-kerajaan Islam maupun sebagai penasehat raja-raja.

                        Kemudian dalam Interrelasi nilai Jawa dan Islam sendiri tertuju dalam beberapa aspek. Diantaranya aspek Kepercayaan dan Ritual, Aspek Sastra, aspek Pewayangan, aspek Arsitektur, aspek Politik, aspek Pendidikan, aspek Ekonomi
Selanjutnya, jika kita menyinggung soal wanita Jawa. Mereka ini memiliki pengertian yang beraneka ragam, sekaligus idiologi yang berbeda. Wanita menurut budaya Jawa berada di belakang laki-laki dikarenakan dilihat dari segi fisik yang mana laki-laki berbadan kekar dan tegap, sedangkan wanita kebalikan daripada itu. Bahkan, wanita dianggap mustahil berbuat kebajikan seperti halnya lelaki. Setelah R.A. Kartini datang teori itu sedikit demi sedikit hilang , yang akhirnya terangkatlah wanita yang asalnya hanya di belakang bisa maju kedepan seperti halnya laki-laki.
Namun menurut pandangan Islam wanita tidaklah seperti apa yang dipandang oleh masyarakat Jawa dulu, melainkan wanita adalah seorang yang amat mulia bahkan tiga tingkat lebih tinggi derajatnya dibanding laki-laki, bukan hanya itu bahkan (menurut hadist) surga itu terdapat telapak kaki seorang ibu.
Kemudian yang terakhir kita tarik ke era sekarang, merebaknya budaya barat di tengah masyarakat, berubahnya sikap dan pola hidup terhadap budaya Jawa, dan kurangnya penanaman dan pemahaman budaya Jawa sejak dini kepada masyarakat menjadi penyebab dari memudarnya budaya Jawa di era modernisasi. Cara untuk menanggulangi adanya modernisasi globalisasi tersebut, salah satunya adalah intropeksi diri, oleh karena itu perlunya ditingkatkan kesadaran diri agar tidak terbawa kearah kebobrokan, yaitu dengan menggunakan filsafat Jawa sehingga jangan sampai orang Jawa kehilangan kepribadiannya.
Ketika Islam masuk ke tanah Jawa masyarakat telah memiliki kebudayaan yang mengandung nilai yang bersumber pada kepercayaan animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha.Dengan masuknya Islam maka pada waktu selanjutnya terjadi perpaduan antara unsur-unsur pra Hindu, Hindu-Budha dan Islam. Dikalangan Jawa Islam inilah tumbuh dan berkembangnya perpaduan budaya Jawa Islam, yang memiliki ciri bagian luar budaya itu menggunakan simbol Islam, tetapi ruh budayanya adalah Jawa sinkretis (Islam digambarkan sebagai “wadah”, sedangkan “isinya” adalah Jawa).

0 komentar:

Posting Komentar

 
;