Jumat, 08 April 2016

Selektif Media di Era “Citizen Journalism”

Citizen Journalist // doc.internet

Oleh: Muhammad Fakhrur Riza

Pada era Citizen Journalism saat ini, masyarakat (penikmat berita) perlu lebih selektif terhadap berita-berita dari media, terutama dari media online yang berasal dari blog-blog warga. Selain itu, media profesional juga harus hadir sebagai penyelaras dari berita Citizen Journalism yang tidak layak publis.

Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa peranan media yang disini dapat dikatakan sebagai jurnalistik, dari masa-ke masa telah dianggap sarana paling efektif dan efisien dalam menggiring opini publik. Di Indonesia, istilah jurnalistik dulunya dikenal dengan sebutan publisistik atau publikasi secara cetak kemudian berkembang ke media elektronik, seperti pemberitaan lewat Televisi maupun Radio. Namun, dewasa ini media berkembang dengan pesat tidak hanya sebatas media cetak dan elektronik. Akan tetapi, kini perkembangannya telah mencapai media tersambung (online) yang kini menimbulkan pandangan skeptis dan optimis bagi para mainstream media.

Media yang telah terkemas sedemikian rupa, dengan begitu bebasnya seseorang mampu menuliskan atau menyampaikan gagasannya ke khalayak. Disini mereka tidak harus berlatar belakang jurnalis professional maupun jurnalis independen. Akan tetapi masyarakat umum pun mampu berperan dari berbagai profesi. Hal inilah yang sekarang sering disebut dengan istilah Citizen Journalism (Jurnalisme Warga).

Citizen Journalism dengan segala kemudahannya memang memiliki dampak positif bagi khalayak. Mereka mampu menuangkan gagasannya dengan begitu leluasa tanpa ada proses ketat sebagaimana di media-media cetak. Dengan melalui sarana blog maupun akun sosial seperti Facebook dan twitter, mereka bebas mengekspresikan gagasan secara cepat.

Seperti pada (Kompas, 21 Februari 09), Citizen Journalism mampu menghimpun suatu kekuatan digital yang tak terlihat namun keadaan sangat berpengaruh. Misalnya, Barrack Obama berhasil merubah dunia dengan Citizen Journalism, tsunami di Banda Aceh-2004 mampu mendapatkan empati dari seluruh dunia karena Citizen Journalism. Internet secara umum juga bisa menjadi lahan kampanye yang strategis.

Namun, dari beberapa kemapanannya, Citizen Journalism kini mulai menuai dampak negatif dengan bermunculannya media-media kontroversial. Media ini sering kali membuat berita-berita maupun artikel yang bersifat profokatif sampai pada kasus pencemaran nama baik pula. Seperti yang akhir-akhir ini sering terjadi, sang mega bintang sepakbola Real Madrid Cristiano Ronaldo dikabarkan meninggal dunia begitu juga artis grup band Noah, Ariel juga dikabarkan sedemikian.

Dalam pengantar artikel tentang Citizen Journalism di Nieman Report, sebuah jurnal tentang jurnalisme yang diterbitkan Harvard University disebutkan bahwa Dan Gillmor, penulis buku “We the Media: Grassroots Journalism by the People, for thePeople” berpendapat bahwa telah muncul ekosistem media baru yang memungkinkan adanya percakapan multidirectional yang memperkaya dialog di tataran masyarakat sipil.

Sementara Jean K. Min, direktur Ohmynews Internasional memiliki pandangan cukup menohok jurnalis profesional dengan mengatakan bahwa pembaca bukan lagi konsumen pasif dari reporter-reporter arogan, namun pihak aktif yang membuat dan mengonsumsi berita yang mereka buat sendiri.

Dengan hal-hal sedemikian kontribusi Citizen Journalism sendiri, bisa dilihat dari berbagai peristiwa di belahan bumi yang penyebaran informasinya justru bersumber dari blog warga yang dalam hal ini berperan sebagai Citizen Journalism. Kemudian hal ini juga menjadi kehawatiran bagi media profesional, karena Citizen Journalism kurang memperhatikan kode etik jurnalistik.

Budiono Dharsono, pemimpin redaksi Detik mengemukakan kekhawatirannya, Situs terbaik di Indonesia denga 7,5 juta page view per hari mengakui bahwa kekhawatiran akan turunnya kredibilitas portalnya, kemungkinan masalah hukum dan kurangnya pemahaman atas kode etik jurnalistik dari reporter warga membuat Detik setengah hati menerapkan Citizen Journalism. Mereka menerima foto pembaca sejak tahun 2004 dan menampilkannya di situs Detik jika foto tersebut benar. Mereka juga tidak menampilkan berita dari warga, akan tetapi hanya menindaklanjuti laporan dari warga.

Maka dari itu, berdasaran kasus-kasus yang telah terjadi di era Citizen Journalism ini, masyarakat (penikmat berita) diharapkan mampu lebih selektif dalam memilih berita yang mereka konsumsi. Bukan serta merta menerima secara mentah-mentah berita ataupun tulisan berupa artikel dari Citizen Journalism. Akan tetapi, mampu menilai secara kode etik jurnalistik serta memperhatikan kebenarannya. Terutama yang berasal dari web atau blog-blog yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Selain itu, disini dianggap perlu bagi media professional untuk mampu memperhatikan berita yang seharusnya tidak layak beredar. Kemudian mereka disini hadir sebagai penyelaras pada pemberitaan yang selayanya. Sehingga publik tidak salah terima akan suatu berita atau artikel dari Citizen Juornalism yang tidak bertanggung jawab serta tidak layak publis tersebut.

*pernah dipublikasikan di www.lpmedukasi.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
;